Sekilas kisah – Dalam dunia otomotif, SUV bongsor sering kali dikaitkan dengan kesan arogansi dari pengendaranya. Mobil yang berukuran besar ini, dengan segala kemewahannya, kerap dipandang sebagai simbol status yang mengundang perilaku superior di jalan raya. Namun, Mitsubishi Motors, salah satu produsen besar yang memasarkan SUV bongsor seperti Pajero Sport, memiliki strategi tersendiri untuk mengatasi citra negatif ini.
Keberadaan SUV bongsor di jalan sering kali mempengaruhi sikap pengemudinya. Andry Berlianto, Trainer & Program Development dari Global Defensive Driving Consulting (GDDC), menjelaskan bahwa ukuran kendaraan dapat memengaruhi emosional pengemudi. “Ketika berada di belakang kemudi kendaraan yang lebih besar, pengemudi sering kali merasa lebih percaya diri, bahkan cenderung tinggi hati,” ungkapnya. Perasaan ini, jika tidak dikontrol dengan baik, dapat memicu perilaku arogan.
“Baca juga: Asjack Mojo Classic, Mobil Listrik Seharga Rp 100 Jutaan”
Fenomena ini sering terlihat pada pengendara SUV bongsor, yang mungkin merasa lebih unggul dibandingkan pengemudi kendaraan kecil. Terlebih lagi, individu yang memiliki jabatan atau posisi sosial tinggi sering kali ingin menunjukkan kekuasaannya dengan cara ini. Fenomena ini menimbulkan kekhawatiran akan meningkatnya perilaku agresif di jalan raya, terutama di kalangan pengemudi SUV besar.
Sebagai produsen SUV bongsor, Mitsubishi Motors menyadari potensi masalah ini dan telah mengambil langkah proaktif untuk mengatasi isu tersebut. General Manager of Product Strategy Division PT Mitsubishi Motors Krama Yudha Sales Indonesia (MMKSI), Guntur Herling, mengungkapkan bahwa Mitsubishi memiliki strategi tersendiri untuk menangani masalah ini. “Kami bekerja sama dengan komunitas untuk melakukan edukasi keselamatan berkendara kepada para konsumennya,” katanya dalam acara GIIAS 2024.
Melalui kolaborasi dengan berbagai komunitas dan penyelenggaraan berbagai acara edukasi, Mitsubishi berusaha mengedukasi pengemudi tentang pentingnya berkendara dengan cara yang aman dan bertanggung jawab. Program edukasi ini termasuk pelatihan defensive driving yang dirancang untuk membantu pengemudi menghindari perilaku agresif dan meningkatkan keselamatan di jalan.
“Simak juga: Fabio Quartararo Perbandingan Marc Marquez dan Valentino Rossi”
Mitsubishi tidak hanya fokus pada konsumen Pajero Sport dalam program edukasi ini. Assistant Manager PR & CSR Department PT MMKSI, Fajar Pratama, menambahkan bahwa perusahaan juga melibatkan pemilik model Mitsubishi lainnya. “Kami mengadakan berbagai acara seperti coaching clinic dan defensive driving yang bertujuan untuk menanamkan pentingnya keselamatan berkendara,” ujar Tama.
Melalui inisiatif ini, Mitsubishi berharap dapat membentuk sikap pengemudi yang lebih sadar akan keselamatan dan mengurangi kemungkinan perilaku arogan di jalan raya. Pendekatan ini menunjukkan komitmen perusahaan dalam menciptakan lingkungan berkendara yang lebih aman dan menyenangkan bagi semua pengguna jalan.
Dari sisi pasar, Pajero Sport memang menargetkan konsumen yang lebih mampu secara finansial. Guntur menjelaskan bahwa konsumen SUV 7-seater ini umumnya datang dari segmen menengah ke atas. “Konsumen Pajero Sport biasanya ingin menunjukkan kebanggaan terhadap mobil yang tangguh di segala medan, meskipun banyak dari mereka menggunakannya untuk kebutuhan sehari-hari di perkotaan,” tuturnya.
Harga Pajero Sport yang relatif tinggi mencerminkan target pasar yang lebih elit, yang sering kali melihat kendaraan ini sebagai simbol prestise dan kekuatan. Namun, dengan adanya program edukasi keselamatan, Mitsubishi berupaya memastikan bahwa kebanggaan ini tidak mengarah pada perilaku negatif di jalan.
Dengan peluncuran dan promosi program edukasi keselamatan berkendara, Mitsubishi berupaya mengatasi stereotip negatif yang sering melekat pada pengemudi SUV bongsor. Melalui pendekatan ini, mereka berharap tidak hanya meningkatkan keselamatan di jalan tetapi juga menciptakan kesadaran akan tanggung jawab sosial di kalangan pengemudi SUV besar. Ini adalah langkah penting dalam menjaga citra positif kendaraan dan mendorong budaya berkendara yang lebih baik di Indonesia.