Pasukan Gabungan Sekutu dalam Perang Jepang di Indonesia
sekilaskisah.org – Sekutu, termasuk Belanda, mengerahkan seluruh kekuatan untuk mempertahankan wilayah jajahannya, termasuk Indonesia dan negara Asia Tenggara lainnya, dari serangan Jepang. Mereka membentuk komando gabungan bernama ABDA (American British Dutch Australia Command), yang bertanggung jawab atas pertahanan Pulau Jawa. Komando ini mencakup wilayah yang luas, mulai dari Birma hingga Darwin, Australia. Panglima ABDA, Jenderal Inggris Sir Archibald Wavell, memimpin pasukan gabungan yang berupaya mempertahankan Pulau Jawa, titik strategis dalam lingkaran pertahanan Sekutu.
“Baca Juga: Menkes Ajak Warga Waspadai Hoaks Vaksin yang Tidak Ilmiah”
Namun, ABDA harus menghadapi kekalahan besar. Pada 15 Februari 1942, Singapura, yang menjadi jalur penting dalam sistem pertahanan Sekutu, jatuh ke tangan Jepang. Pada saat yang sama, Palembang juga menyerah. Kehilangan Singapura menjadi pukulan besar bagi Sekutu dan membuat mereka menilai bahwa Pulau Jawa tidak bisa lagi dipertahankan dengan kekuatan yang ada.
Setelah Singapura jatuh, panglima ABDACOM memutuskan untuk mengalihkan dua divisi yang awalnya ditugaskan untuk memperkuat pertahanan Pulau Jawa. Pasukan ini dipindahkan ke tujuan lain, karena situasi semakin tidak memungkinkan untuk bertahan di Pulau Jawa. Pengalihan pasukan ini menunjukkan ketidakmampuan Sekutu untuk mempertahankan wilayah tersebut, sementara ancaman Jepang semakin nyata.
Dengan jatuhnya Singapura dan perubahan besar dalam strategi pertahanan, markas ABDACOM di Pulau Jawa dibubarkan. Ini berarti bahwa tanggung jawab untuk mempertahankan Pulau Jawa sepenuhnya berada di tangan pemerintah Hindia Belanda. Pembubaran markas ini membuat posisi Sekutu semakin lemah di Indonesia, yang semakin terancam oleh serangan Jepang.
Sebelum menyerang Pulau Jawa, Jepang sudah mulai merebut daerah-daerah sekitarnya yang merupakan bagian dari pertahanan Hindia Belanda. Daerah seperti Ambon, Bali, dan Timor satu per satu jatuh ke tangan Jepang. Seiring berjalannya waktu, pasukan Jepang semakin mempersempit ruang gerak Sekutu di wilayah tersebut, yang membuat pertahanan Pulau Jawa semakin sulit.
Pada akhir Februari 1942, armada angkatan laut Jepang mulai memasuki perairan selatan Pulau Jawa. Kehadiran armada Jepang ini menyebabkan Pulau Jawa terkepung dari berbagai arah. Dalam kondisi terkepung, pulau ini semakin sulit untuk dipertahankan, dan pemerintah Hindia Belanda serta Sekutu tidak memiliki banyak pilihan untuk bertahan.
Pada 20 Februari 1942, pemerintah Hindia Belanda memutuskan untuk memindahkan ibu kota dari Batavia (Jakarta) ke Bandung. Keputusan ini diambil karena Batavia sangat rentan terhadap serangan dari arah laut. Bandung dianggap lebih aman dari ancaman serangan Jepang dan menjadi tempat yang lebih strategis dalam menghadapi situasi yang semakin genting.
“Baca Juga: Xiaomi Siap Rilis SoC Xring, Debut Akhir Mei 2025″
Jenderal Terauchi, panglima komando Pasifik Selatan Jepang, memutuskan untuk melancarkan serangan besar ke Pulau Jawa. Dua iring-iringan armada Jepang mendekati Pulau Jawa dari dua arah. Armada pertama bergerak dari Kalimantan Barat, sementara armada kedua mengitari dari arah timur. Meskipun Jepang melihat kekuatan Sekutu yang masih kuat di Laut Jawa, mereka tetap melanjutkan serangan dengan hati-hati. Serangan ini menjadi titik penting dalam upaya Jepang untuk menguasai Pulau Jawa dan Hindia Belanda secara keseluruhan.